Banda Aceh – Wacana Pj Gubernur Aceh Bustami Hamzah maju pada Pemilihan Gubernur Aceh 2024 nanti memang sudah menjadi rahasia umum, dimana-mana tim Bustami terus bergerak menggalang dukungan dan melakukan deklarasi.
“Mualem saja dikhianati, apalagi rakyat Aceh,” ujar politisi muda Partai Aceh M Jirin Capah SE, Minggu 21 Juli 2024.
Menurut Jirin, Bustami Hamzah adalah orang yang selama ini dibesarkan oleh Mualem (sapaan akrab Muzakir Manaf) sejak mulai tak lagi memiliki posisi apa-apa do pemerintahan hingga menjadi Pj Gubernur Aceh.
“Masyarakat Aceh juga tau dan rekam jejaknya juga tertulis di media, sebelumnya Bustami sempat tidak punya posisi apa-apa dan harus mundur dari jabatannya di Pemerintahan karena tidak cocok dengan mantan Gubernur Nova Iriansyah hingga munculnya gejolak besar seperti mencuatnya persoalan indikasi korupsi Kapal Aceh Hebat, Proyek Multiyears pembangunan 14 ruas jalan, anggaran siluman berjudul appendiks hingga indikasi suap kontrak Blok B dan berbagai persoalan lainnya. Setelah mundur dari jabatannya dan Nova Iriansyah berakhir sebagai Gubernur Aceh, maka Mualem melalui DPRA dan jejaring nya kembali membesarkan Bustami dengan mendorongnya menjadi Sekda Aceh dengan tujuan agar komunikasi eksekutif dan legislatif Aceh dapat dijembatani. Bahkan setelah itu, demi memuluskan Bustami menuju kursi Pj Gubernur, Mualem pula yang mendukungnya terbukti dari rekom tunggal DPRA hingga lobi-lobi Mualem di pusat demi menjadikan seorang Bustami sebagai Pj Gubernur Aceh demi menjaga stabilitas pembangunan dan marwah rakyat Aceh. Masyarakat juga mengikuti persoalan itu, jadi jika Bustami sekarang saat ini maju sebagai calon Gubernur Aceh dan menentang Mualem, ini jelas-jelas namanya air susu di balas dengan air tuba sehingga apa yang selama ini didengung-dengungkan oleh orang-orang sekeliling Bustami bahwa dia adalah sosok yang setia kawan tak lebih dari kebohongan,” beber Jirin Capah mengaku kesal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Jirin, tidak mungkin ada asap jika tak ada api, munculnya gerakan terstruktur untuk mendukung Bustami untuk maju Gubernur Aceh juga tentunya merupakan kegiatan terorganisir dan atas persetujuan yang bersangkutan. “Tidak mungkin dukungan itu muncul jika bukan atas persetujuan Bustami, dan digerakkan oleh orang-orang sekitarnya. Jadi dukungan seperti itu bukan dukungan yang hadir serta merta tanpa ada penggeraknya, tapi sengaja sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari sehingga begitu momentnya langsung digerakkan,”katanya.
Memang dalam sejarah Aceh cerita Pang Tibang itu bukanlah suatu yang baru, dan dalam dinamika politik hal itu sah-saja. Namun dalam etika, moral, dan budaya kita sebagai orang Aceh, mengkhianati dan melawan orang yang telah membesarkan kita itu jelas-jelas bentuk sikap yang tak layak apalagi sebagai pemimpin.
“Jika Mualem sebagai panglima Aceh yang sudah mendorong kesuksesan kariernya di birokrasi dan sudah jelas-jelas sudah berjasa kepadanya saja dikhianati dan dilawan, apalagi rakyat Aceh nantinya. Kita menghimbau kepada seluruh rakyat Aceh agar menjadikan pengkhiatan itu sebagai catatan hitam yang harus di ingat bukan hanya di Pilkada nanti tapi hingga ke depannya. Ini bukan sebatas persoalan politik tapi merupakan persoalan etika dan moral,” demikian ujar politisi muda Barat Selatan yang dikenal sangat dekat dengan Mualem itu.(RN/KH)
Rel